KOMPAS.com - Pemilu ulangan Yunani telah diumumkan pada 17 Juni 2012 silam. Kemenangan pun telak diperoleh partai New Democracy. Memang, sempat menyeruak optimisme di pasar bahwa persoalan yang melanda negeri dewa-dewi bakal mereda. Euphoria pun sempat mengantar euro menyentuh level tinggi 1.2700-an. Akan tetapi, tak sampai hitungan minggu, ekspektasi positif tersebut akhirnya mereda, dan bahkan laksana menguap hilang tertiup angin.
Persoalan yang mengemuka selanjutnya adalah partai pimpinan Antonis Samaras harus segera membentuk pemerintahan guna memperlancar pemulihan ekonomi Yunani berikut imbas positifnya terhadap Benua Eropa. Khususnya, terkait bantuan dana bail-out dari Uni Eropa, Bank Sentral Eropa maupun lembaga internasional sekelas IMF.
Negosiasi ulang pun potensi menghadapi jalan buntu seiring tuntutan Yunani untuk perpanjangan jangka waktu pinjaman berhadapan dengan penolakan keras Jerman. Bisa jadi negara pimpinan Kanselir Merkel itu mulai bosan menghadapi Athena dan problema-problemanya yang tak kunjung usai.
Bahkan, indikasi pertentangan antara partai pemenang pemilu Yunani dengan partai lainnya dalam rangka tahapan pemulihan Athena berpeluang suram. Hal ini mengindikasikan buramnya harapan membaiknya kondisi internal Yunani berikut anggota Zona Euro lainnya. Berulang kali tekanan agar Yunani segera keluar dari keanggotaannya di Zona Euro pun muncul mewarnai pemberitaan. Namun entah mengapa kemudian lenyap dan berganti dengan kabar lainnya. Seakan-akan memang ada sesuatu yang kuat yang menahan Yunani untuk terus bersama dengan blok 17 negara Eurozone.
Keanggotaan Yunani di Zona Eropa
Di tahun 1999 silam Yunani telah dinyatakan tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota kumpulan negara Eropa. Tapi, nyatanya per tanggal 1 Januari 2001, Yunani akhirnya resmi menjadi anggota EZ. Kendati, manakala menengok ke sejarah lampau, Athena memang tak seharusnya diterima. Bagaimana tidak? Laporan keuangan negeri dewa-dewi itu disinyalir dimanipulasi demi memenuhi persyaratan masuk zona euro. Terutama berkaitan dengan pencatatan utang negaranya.
Dan Yunani pun diketahui telah memalsukan persyaratan demi dapat bergabung dalam zona euro sejak delapan tahun lalu. Begitu pula halnya dengan defisit anggaran Athena yang tak pernah berada di bawah 3 persen semenjak tahun 1999. Sebenarnya fakta-fakta sudah menunjukkan bahwa negara yang sempat dipimpin sementara oleh Panagiotis Pikrammenos sudah jelas buruk dan tak layak bersanding dengan anggota Eurozone lainnya.
Yang menjadikan pembahasan mengenai Yunani menarik untuk diperbincangkan adalah merunut tujuan mulia pembentukan mata uang kumpulan negara-negara Eropa. Baik itu kerja sama perekonomian maupun sektor-sektor penting lainnya. Bahkan, keterkaitan perbankan, finansial, atau pinjaman lunak pun ikut mendorong optimisme anggota Zona Euro. Akan tetapi, menyeruaknya problema sovereign debt yang untuk pertama kalinya mendera Yunani diestimasi bakal menjadi kabut gelap Eurozone countries hingga beberapa tahun ke depan.
Dukungan Uni Eropa, European Central Bank, berikut negara besar EZ lainnya telah diluncurkan demi penyelamatan Yunani. Namun, apa daya, semuanya itu tak juga membuat Athena lepas dari tekanan yang menimpanya. Bahkan, dana besar senilai ratusan milyar euro laksana tak berarti bagi negeri dewa-dewi.
Saat ini, perhatian pasar lebih tertuju pada proses pembentukan pemerintahan baru pasca kemenangan partai New Democracy. Ekspektasi keberhasilan partai pro bail-out memimpin negara seakan diletakkan di pundak Antonis Samaras selaku Perdana Menteri Yunani yang baru dan bakal menjadi penentu masa depan Yunani. Atau bahkan masa depan Zona Euro.
Yunani belum sepenuhnya stabil
Posisi Euro saat ini memang tak seburuk di tahun 2010. Dimana EUR pernah terpuruk hingga ke level rendah (1.1900-an) terimbas situasi di Yunani. Mulai dari pemangkasan peringkat kredit Athena sampai dengan indikasi menjalarnya masalah sovereign debt ke negara anggota EZ lainnya. Seperti Spanyol, Portugal, maupun Irlandia.
Dan meski sempat mampu mencapai level highest (di level 1.4830) sejak pembentukannya yakni pada awal Mei 2011. Euro pun kembali terjungkal hingga ke level terendahnya di tahun 2012. Mata uang yang merupakan riskier assets itu pun terindikasi bakal menyentuh atau bahkan yang terburuk bisa menembus level 1.2000-an dalam waktu dekat ini.
Tak hanya negara-negara kumpulan Zona Euro yang bergulat dan membahas mengenai persoalan krisis utang Eropa. Semua pihak pun telah terpicu mempelajari seluk-beluk permasalahannya hingga berupaya mencarikan solusinya. Paling tidak, agar tak sampai terkena dampak negatifnya. Baik negara-negara yang tergabung dalam G7 berikut yang baru saja menyelenggarakan pertemuan penting yakni G20. Sedangkan para petinggi Eropa tak henti-hentinya berjuang keras menyelamatkan perekonomian Eropa dari ancaman yang lebih buruk.
Anggota Eropa dengan skala ekonomi yang lebih besar juga tak luput dari potensi terjangkiti. Maraknya pemberitaan downgrade peringkat kredit negara maupun sektor perbankan Spanyol diantaranya. Belum lagi tentang indikasi terpuruknya Itali berikut Siprus. Sangat menyedihkan sekali dan akan membahayakan perekonomian global, apabila Eurozone’s debt crisis semakin memperburuk outlook ekonomi dunia. Padahal, isu perlambanan ekonomi global telah menghadang dua negara dengan perekonomian terbesar, yaitu AS & China.
Dengan berbagai permasalahan yang menghantui Yunani dan laksana tak henti-hentinya, timbul banyak pertanyaan di benak pikiran saya. Dan bahkan mungkin bagi sebagian besar pelaku pasar. “Masih layakkah Yunani tergabung dalam Eurozone? Mungkin, ada baiknya apabila Athena tak lagi menjadi anggota Eurozone. Karena sudah berulang kali Yunani terus-menerus merongrong mata uang tunggal mereka. Dan bukan tidak mungkin, bakal ada lagi masalah-masalah lain yang potensi mengganggu hingga mengindikasikan bahaya yang lebih mengerikan buat EUR.
Kendati berbagai sentimen negatif berulang kali mengepung Yunani, keluarnya Athena dari keanggotaannya di blok Eurozone, tak menjadi penjamin amannya mata uang tunggal zona euro dari deraan depresiasi yang mungkin mengelilinginya. Apalagi, dengan isyarat problema kesehatan ekonomi yang menyeruak dari negara-negara anggota euro lainnya. Baik itu Spanyol, Itali dan sangatlah mungkin menerpa anggota zona euro lainnya. Oleh karena itu, terus waspadai Benua Biru!!!
sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/06/26/07294235/Yunani.Sudah.Tak.Layak.Dipertahankan.Zona.Euro
Kompetisi Global dan Internasionalisasi Pasar Modal
9 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar